Minggu, 7 Sep 2025
Langganan
  • Ruwatan Nusantara
    Titik 4: Pulau Alor NTT

    Titik 4: Pulau Alor Nusa Tenggara Timur

    Diliput oleh Jurnal Flores Jurnal Flores
    Titik 5: Pidie Aceh Lakon Pohon Hayat Malahayati

    Titik 5: Pidie Aceh Lakon Pohon Hayat Malahayati

    Diliput oleh BeritaBaru.coBeritaBaru.co
    Titik 3: Giri Tirta Kahuripan Purwakarta

    Titik 3: Giri Tirta Kahuripan Purwakarta

    Diliput oleh Purwakarta Online Purwakarta Online
    titik 1 DBN goa selomangleng

    Titik 1: Goa Selomangleng Kediri

    Diliput oleh Radar KediriRadar Kediri
    Titik 2: Candi Angin & Puncak Songolikur Jepara

    Titik 2: Candi Angin & Puncak Songolikur Jepara

    Diliput oleh Tribun NewsTribun News
    wayang dbn pidie negeri mulia

    Gelaran Budaya PIDIE NEGERI MULIA. Dalang Ki Sujiwo Tejo. Lakon “Pohon Hayat, Malahayati”

    Diliput oleh Sujiwotejo Channel Sujiwotejo Channel
  • Kenduri Budaya
    Teguh Wali Adat Alor

    Teguh Haryono Dikukuhkan Menjadi Wali Adat Kebudayaan Alor

    Diliput oleh Suara Banyu UripSuara Banyu Urip

    Wayangan Semalam Suntuk. Dalang Ki Sujiwo Tejo. Lakon “Wahyu Widayat”

    Diliput oleh Sujiwotejo Channel Sujiwotejo Channel
    Sujiwo Tejo: Gua Selomangleng Kediri, Cikal Bakal Nusantara

    Sujiwo Tejo: Gua Selomangleng Kediri, Cikal Bakal Nusantara

    Diliput oleh KediripediaKediripedia
    Tohoh Pendiri Daulat Budaya Nusantara

    Profil 5 Tokoh Pendiri Daulat Budaya Nusantara

    oleh Tim DBN

    Saat Dunia Berkonflik, Kebudayaan Diyakini sebagai Pertahanan Terbaik Bangsa Indonesia

    Diliput oleh Viva.co.idViva.co.id

    Deklarasi PBNU Dukung Gerakan Mengawal Kemenangan Indonesia dan Kenduri Budaya di 99 Titik Nusantara

    Diliput oleh iNewsiNews
  • Borobudur to Berlin
  • Suar
    • Arsip Berita
    • Arsip Video
Daulat Budaya Nusantara
Logo Daulat Budaya Nusantara Bulat Warna Logo Daulat Budaya Nusantara Bulat Putih
  • 🔥
  • Tokoh
  • Kolaborasi
  • Arsip Berita
  • Borobudur to Berlin
  • Ruwatan
  • Suar
  • Inspirasi
  • Arsip Video
  • Festival
  • Heritage
  • Perform
  • Sastra
  • Adat
  • Tradisi
  • Tari
Daulat Budaya NusantaraDaulat Budaya Nusantara
Font ResizerAa
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Festival
  • Adat
  • Tradisi
  • Sejarah
  • Mitos
  • Musik
  • Sastra
  • Rupa
  • Tari
  • Teater
  • Perform
  • Arsip Berita
  • Arsip Video
  • Borobudur to Berlin
Pencarian
  • RUWATAN NUSANTARA
  • KENDURI BUDAYA
  • BOROBUDUR TO BERLIN
  • SUAR
    • Arsip Berita
    • Arsip Video
Sudah punya akun? Masuk
Kunjungi Kami
© Daulat Budaya Nusantara 2024. All Rights Reserved.
Daulat Budaya Nusantara > Heritage > Sejarah > Jejak Vernakularisasi dalam Kehidupan Beragama Muslim Solor Watan Lema
SastraSejarah

Jejak Vernakularisasi dalam Kehidupan Beragama Muslim Solor Watan Lema

Bara Pattyradja
Bara Pattyradja 13 Maret 2024 6 Menit Membaca
Sketsa Pelabuhan Solor Watan Lema, Persekutuan Lima Kerajaan Muslim di Solor antara tahun 1613 -1645. Dok. Pribadi Bara Pattyradja
Sketsa Pelabuhan Solor Watan Lema, Persekutuan Lima Kerajaan Muslim di Solor antara tahun 1613 -1645. Dok. Pribadi Bara Pattyradja
SHARE

Kontekstualisasi ajaran Islam dengan bahasa lokal di Nusantara atau meminjam istilah Azyumardi Azra, vernakularisasi juga memiliki jejak secara manifest pada tatanan kehidupan beragama Muslim Solor Watan Lema di kawasan Nusa Tenggara Timur. Dalam bahasa yang lebih lugas Almarhum Gus Dur menyebutnya dengan istilah pribumisasi Islam (Indigenisasi Islam).

Persentuhan terma Islam dengan kultur lokal Muslim Solor Watan Lema diaksentuasi secara cerdas bahkan jenius ke dalam idiom lokal melalui istilah, metafora, simbol, syair, tatanan adat dan budaya, bahkan kisah-kisah mengenai sirah nabawi yang telah digubah dengan sudut pandang lokal-lengkap dengan alur, plot, penokohan, interest konflik dan latar cerita yang bercorak Lamaholot sebagai rumah kebudayaan Muslim Solor Watan Lema.

Sebagai sebuah perumpamaan semiologis, untuk menghitung jumlah hari pergantian ibadah puasa di bulan suci Ramadan misalnya–Muslim Solor Watan Lema membahasakannya tidak secara noumerik, melainkan menggunakan kata benda, keluba (kendi). Puasa diasosiasikan seperti kendi yang memiliki sifat dasar sangat sensitif, rapuh dan mudah pecah karena wujudnya yang terbuat dari unsur tanah liat. Olehnya itu dibutuhkan sikap mawas diri (kehati-hatian) tingkat tinggi kala menjunjungnya.

Photo Pelabuhan Solor Watan Lema, Persekutuan Lima Kerajaan Muslim di Solor antara tahun 1613 -1645
Photo Pelabuhan Solor Watan Lema, Persekutuan Lima Kerajaan Muslim di Solor antara tahun 1613 -1645 Dok. Pribadi Bara Pattyradja

Metafora puasa Muslim Solor Watan Lema ini tidak hanya merepresentasikan kearifan lokal (local wisdom) pada tataran leksikal dan kultural tapi sekaligus mendedahkan makna religius yang sarat dengan tendensi esoteris (Tasawuf).

Secara etimologis kata keluba merupakan serapan dari akar aksara Hijaiyah yang terdiri dari huruf Qa, Lam dan Ba. Ketiga huruf ini membentuk satu komponen kata qulub dalam fonem bahasa Arab, kalbu dalam fonem bahasa Indonesia dan keluba dalam fonem bahasa Lamaholot yang menjadi lingua franca Muslim Solor Watan Lema.

Apabila keluba atau kendi pecah maka air yang dikandung akan tumpah. Pun puasa, apabila seorang Mukmin tidak berhati-hati menjaga kalbu sebagai “bait” Allah, maka dalam pengertian esoteris puasa kehilangan esensinya bahkan terdistorsi pada level biologis an sich, hingga pada akhirnya bukan iman yang terbit dalam dada, melainkan rasa lapar dan dahaga.

Perumpamaan di atas mengisyaratkan pada kita bahwa ajaran Islam di Solor Watan Lema telah “dicangkok” ke dalam DNA kebudayaan lokal melalui dakwah kultural secara adekuat sehingga layak untuk ditelisik proses sejarah serta dasar-dasar epistemologi dan ontologi yang melandasinya.

Muslim Solor Watan Lema dalam rentang sejarahnya yang panjang juga dikenal oleh karena kecanggihannya menguasai aspek teknologi maritim dan ilmu astronomi kuno (teknik pembuatan perahu dan teknik membaca rasi bintang serta arah angin) sehingga memungkinkan mereka berintereaksi secara luas dengan berbagai suku bangsa di Nusantara baik secara ekonomi, politik, kultural dan intelektual.

Photo para guru dan intelektual muslim Solor Watan Lema antara tahun 1613 -1645
Dok. Pribadi Bara Pattyradja
Photo para guru dan intelektual muslim Solor Watan Lema antara tahun 1613 -1645
Dok. Pribadi Bara Pattyradja

Di dunia pendidikan, misalkan, sekolah, dalam pengertian yang luas–bagi Muslim Solor Watan Lema telah dipraktikan dalam khazanah budayanya jauh sebelum sekolah dalam konsep kontinental kita impor dari peradaban barat.

Muslim Solor Watan Lema, pra kolonialisme telah menjadikan namang tukan/ruang publik (tanah lapang yang berada di halaman rumah suku yang berfungsi sebagai tempat pertemuan), rumah jou (guru ngaji), juga langgar atau masjid sebagai “sekolah” berbasis halaqoh/majlis, kendati dengan sistem yang sederhana dan dalam ruang lingkup yang berbeda.

Materi sekolah namang tukan secara konten berbeda dengan sekolah rumah Jou atau sekolah langgar/masjid. Dan metode pengajaran sekolah rumah Jou dan sekolah langgar adalah monolog atau ceramah dengan penekanan materi pada aspek fiqihistik sehingga “murid” hanya sebatas bejana kosong yang siap diisi dengan basis values (nilai) apa saja. Sedangkan sekolah namang tukan adalah sekolah para mursyid (guru) yang bernuansa dialogis ketimbang monolog, dengan model majlis atau FGD (Focus Group Discussion) dalam istilah modern.

Di sekolah namang tukan (ruang publik) inilah para mursyid mentransformasi pengetahuan mengenai ilmu agama pada khalayak ramai, berdiskusi, bahkan berdebat atau melakukan kritik nalar secara terbuka untuk saling menguji dan mem-validasi wawasan keilmuan serta pemahaman mereka secara holistik yang bersumber pada “kanon” epistemologi Islam; Alquran dan As-Sunah.

Photo udara Solor Watan Lema masa kini
Dok. Pribadi Bara Pattyradja
Photo udara Solor Watan Lema masa kini Dok. Pribadi Bara Pattyradja

Khatib Abong Namang dan Imam Atakoja dalam sejarah lisan Lamahala dituturkan pernah menggelar “sekolah namang tukan” di Lamuda sebagai medium dialog atau untuk mem-validasi “maqom” keilmuan di antara keduanya.

Selanjutnya kata namang yang merupakan istilah geografis dalam term kebudayaan Lamaholot tersebut oleh para ulama Solor Watan Lema ditransformasi bahkan dikukuhkan menjadi semacam “gelar atau titel akademik” yang melambangkan (atau menjadi penanda) otoritas untuk mencirikan level keilmuan seseorang.

Penanda “akademis” itu tampak pada sederetan nama ulama pesohor Solor Watan Lema yang menggunakan “titel/gelar” namang sebagaimana berikut ini; Khatib Abong Namang di Lamahala, Maleng Uba Namang di Terong, Dile Dai Namang di Lamakera, Laba Lepan Namang di Lohayong dan Jou Isa Panggo Namang di Menanga.

Iklim budaya “dialektika” semacam ini membentuk geneologi mental dan tradisi bagi Muslim Solor Watan Lema sehingga lahirlah komunitas Muslim dengan watak budaya yang tidak hanya asik dengan dirinya sendiri, melainkan menjadi komunitas Muslim kosmopolit–dalam artian terbuka pada berbagai “genre” keberislaman yang datang dari berbagai belahan dunia luar seperti Arab, Persia, Gujarat, Cina, Sumatra, Ternate, Makasar, Buton, Jawa, dll.

Photo Upacara Adat di Solor Watan Lema masa kini
Dok. Pribadi Bara Pattyradja
Photo Upacara Adat di Solor Watan Lema masa kini
Dok. Pribadi Bara Pattyradja

Sekolah namang tukan, sekolah rumah Jou, sekolah langgar atau masjid” seperti yang telah digambarkan di atas menjadi “arsenal” yang turut membumikan Islam secara bertahap sehingga embedded (tertanam), menjadi terpadu, menjadi integrated, menjadi bagian integral budaya lokal yang membentuk weltan schauung (pandangan dunia) Muslim Solor Watan Lema.

Karena itulah, mengutip sebuah larik yang ditulis budayawan Radhar Panca Dahana–Islam mengajarkan umatnya untuk “membaca” dan “belajar hingga ke negeri sejauh mungkin”, untuk memahami perbedaan, menggali pengetahuan, dan membentuk adab dan budaya bersamanya.

Dalam prinsip yang abstrak, dalam keberpihakan moral dan tauhid, Islam universal, namun dalam keberpijakan adab ia berbaur, berkompromi. Karenanya, Islam tidaklah harus Arab, Persia, atau Turki. Islam juga (Solor Watan Lema, Flores, pen), Jawa, Papua, Kurdi, Niger, Bavarian, New Yorkian, Kirgis, Uzbek dan seterusnya.

Bara Pattyradja, Penyair Indonesia. Karya yang telah terbit; Bermula dari Rahim Cinta (2005), Republik Iblis (2006), Samudra Cinta Ikan Paus (2013), Pacar Gelap Puisi (2016), Aku Adalah Peluru (2019), Geser Dikit Halaman Hatimu (2019). Melukat Liang Luka (2023), Tarada Cinta Selain Kau (2024).

Berita Sebelumnya titik 1 DBN goa selomangleng Titik 1: Goa Selomangleng Kediri
Berita Selanjutnya Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan
Tulis Komentar Anda

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kunjungi Kami

Kanal Sosial Media DBN
FacebookLike
InstagramFollow
YoutubeSubscribe

Berita Populer

Nunggang Roso Start Dari Titik Nol Yogyakarta, Teguh Haryono : Mendirektori Peradaban Merepositori Kebudayaan.
20 Mei 2024
Sujiwo Tejo: Gua Selomangleng Kediri, Cikal Bakal Nusantara
Sujiwo Tejo: Gua Selomangleng Kediri, Cikal Bakal Nusantara
Diliput oleh KediripediaKediripedia
YI-PAOX-RITUAL
Daulat Budaya Nusantara Ingin Populerkan Ritual Ruwat Budaya Nusantara
Diliput oleh Jawa PosJawa Pos
Paox Iben Mudhaffar
Orasi Kebudayaan : Harkat Martabat Manusia
29 Agustus 2021
teguh haryono dbn pemilu damai
Jelang Pencoblosan, Daulat Budaya Nusantara Doakan Pemilu Damai
Diliput oleh Liputan6Liputan6

You Might Also Like

Borobudur to BerlinFestivalHeritageInspirasiKolaborasiMusikPerformSastraSuarTokoh

Brum Brum Knalpot Paduan Suara Mengiringi Nunggang Roso Borobudur To Berlin

oleh Djuang Dul Rahman
Sastra

Daulat Kebudayaan, Pertemuan antara Budaya dan Agama

Diliput oleh Alif.idAlif.id
Daulat Budaya Nusantara

Tentang Kami

Gerakan Daulat Budaya Nusantara memiliki misi berproses merawat keluhuran budi pekerti para leluhur, adat istiadat, tradisi yang dalam waktu bersamaan meruwat manusia (culture) sekaligus alam (nature) agar tercipta harmoni sebagai visi terjauhnya.

Kenal Lebih Dekat

  • Mukadimah
  • Profil Pendiri
  • Narahubung
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi

Kanal Cepat

  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Festival
  • Adat
  • Tradisi
  • Sejarah
  • Mitos
  • Musik
  • Sastra
  • Rupa
  • Tari
  • Teater
  • Perform
  • Arsip Berita
  • Arsip Video
  • Borobudur to Berlin
6.1KFollowersLike
10.8KFollowersFollow
59SubscribersSubscribe

© Daulat Budaya Nusantara 2024. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Sign in to your account

Lupa password?