Mukadimah

Preambule/ Prolog Daulat Budaya Nusantara

Kebudayaan lahir ketika manusia dikirim Tuhan ke bumi, sejak saat itulah budi pekerti menjadi jalan manusia membangun peradabannya. Dalam ilmu antropogi ada culture dan nature. Culture ini manusia sedangkan nature adalah alam. Pada awal kehidupan manusia di bumi, alam lebih dominan, nature sangat kuat, dari iklim cuaca sampai dengan pergerakan lempeng landas kontinen karena pengaruh kontraksi magmatik dalam perut bumi. Manusia yang menghadapi kondisi ini kemudian menyelaraskan dengan ritus, untuk membangun harmonisasi dengan alam yang lebih kuat saat awal kehidupan manusia. Lahirlah peradaban, kebudayaan manusia.

Peradaban kuno (awal) menjembatani situasi alam yang kuat di bumi ini dengan persembahan, bentuknya dengan menyajikan hasil bumi dan hewan buruan atau ternak yang di ritualkan dalam wujud upacara untuk keselamatan seluruh alam raya, sekarang disebut adat istiadat. Bahkan, dalam kisah kisah agama, dituturkan Adam memerintahkan anaknya untuk mepersembahkan kambing yang sehat dan gemuk bersama gandum di puncak bukit, prosesi ini dikenal sebagai ritual agama sampai sekarang ini. Agama bersanding dengan budaya.

Budaya membawa kekuatan besar, dalam waktu bersamaan juga rentan, sebab senantiasa merespon kondisi alam dan zaman. Oleh karena itu budaya sebagai wahana manusia untuk hidup bersama, wajib dirawat dengan penuh kesadaran, memastikan agar alam dan manusia harmonis dan berkelanjutan. Sejarah dunia mencatat peradaban (kebudayaan) besar manusia bentuknya peradaban aliran sungai. Babilonia (Sumeria/ Persia) ada di sungai Eufrat dan Tigris, Kekaisaran Tiongkok di sungai Mekong, United Kingdom Inggris di sungai Thames, Romawi di sungai Tiber, Indian Maya di sungai Amazon, Mesir Kuno di sungai Nil dan banyak lagi peradaban manusia lahir bersama dengan aliran sungai.

Begitu pula dengan peradaban Nusantara dengan pelabuhan sungainya menjadi awal kerajaan kerajaan besar di kepulauan Indonesia. Sebut saja, Kutai Kertanegara di Kalimantan hidup dengan sungai Mahakam, Sriwijaya di Sumatera bersama sungai Musi, Luwu di Sulawesi di sepanjang tepi sungai Saddang, Majapahit memakai tata air sungai Brantas dan patihnya Gajahmada bersumpah Palapa untuk menjahit Nusantara dengan Mandala-nya Majapahit, dan ini sejarah akal sehat yang disampaikan oleh Haji Agus Salim pada Rapat BPUPKI tanggal 11 Juli 1945 yang kemudian dibawa Agus Salim pada tanggal 23 Oktober 1945 pasca Proklamasi 17 Agustus 1945 untuk membahas konflik antara Indonesia dan Belanda, bahwa Indonesia bukan bagian dari Kerajaan Belanda. Argumentasi Agus Salim dengan peta wilayah Mandala Nusantara Majapahit. Artinya, peradaban pelabuhan di nusantara jangan dibayangkan di pinggir laut seperti saat ini, tapi di tepi sungai sungai besar, dan kemudian mengarungi lautan.

Di era globalisasi sekarang ini, kesadaran akan pentingnya merawat kebudayaan nusantara makin kuat. Indikator yang paling tampak adalah terjadinya Kongres Kebudayaan, Kongres Bahasa dan Munas Kebudayaan selama kurun waktu dasa warsa ini di Indonesia. Kegairahan dan harapan dalam menghadapi dunia yang telah beralih rupa dengan cepat ini, memunculkan semangat kaum muda untuk kembali menghidupi kebudayaan di akar rumput, demi mewujudkan tatanan sosial baru. Kesadaran ini lahir dari keprihatinan akan krisis sosial ekologis, perubahan iklim, perampasan tanah, akses pada air dan pangan, hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan lingkungan dan merosotnya daya dukung bumi. Selain itu, disrupsi teknologi yang pesat, membuat daya pikir dan daya cipta manusia melahirkan kecerdasan buatan. Inilah yang perlu di waspadai, sebab kecerdasan buatan ini, selain dapat membantu kemajuan, namun di waktu yang sama bisa mengambil alih kendali dan memunculkan masalah-masalah kesehatan mental yang baru. Sementara itu, di sisi yang lain, hasrat dasar manusia yang tidak terkendali memicu konflik. Perang. Menyertai bangkitnya primordialisme antar kelompok untuk saling memusnahkan.

Dengan kompleksnya tantangan zaman yang serba cepat ini, dan meng-kristalkan keseluruhan pengalaman olah pikir, sepanjang mengenal cita karsa cipta karya nusantara, membuat kami semakin yakin, bahwa keanekaragaman dan kelenturan budaya Nusantara yang bertumpu pada peradaban perairan (kemaritiman) sungai, danau dan laut merupakan pustaka dan pusaka Indonesia di masa depan. Ijinkanlah kami membidani lahirnya gerakan Daulat Budaya Nusantara. Sebuah gerakan kebudayaan yang merangkai peradaban Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Nusantara yang memiliki 300-an lebih etnik dengan 1300-an suku bangsa yang tercatat. Nusantara yang mempunyai 700-an bahasa daerah, dengan 500-an dialek dan subdialek yang rentan punah.

Gerakan Daulat Budaya Nusantara memiliki misi berproses merawat keluhuran budi pekerti para leluhur, adat istiadat, tradisi yang dalam waktu bersamaan meruwat manusia (culture) sekaligus alam (nature) agar tercipta harmoni sebagai visi terjauhnya.