Lantunan puja puji untuk Baginda Rosululloh karya Patih Yudhonegoro membuka suasana Rakornas ke-6 Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI) di Pondok Pemuda Ambarbinangun, Yogyakarya, Minggu (5/05/2024). Naskah Patih di era Sultan Hamengkubuwono I ini telah digubah oleh RM. Madha Soentoro dengan lirik Damar Dorojatun.
“Syahdu yaaa, langsung nyesss… saya merasakan betul suasana yang begitu dalam Sholawat Emprak yang di iringi beberapa peralatan gamelan dan ditambah gerak lembut tari dengan bersimpuh (ngemprak), ini membuktikan bahwa agama dan kebudayaan telah hidup bersanding sejak awal di Nusantara” terang DR. IR. H. Teguh Haryono, Pakar Pertahanan Kebudayaan dari Gerakan Daulat Budaya Nusantara.

Hampir 30 menit Sholawat Emprak di lantunkan di pembukaan Rapat Koordinasi Nasional ke-6 Lesbumi NU. Seluruh peserta dari 300 perwakilan Lesbumi, baik dari daerah sampai perwakilan Lesbumi luar negeri yang hadir tampak khidmat mendengarkan sholawat emprak ini, termasuk rombongan Pengurus Besar Nahdalatul Ulama, Gus Yahya, Gus Ipul dan Ning Alissa Wahid bersama dengan perwakilan Gerakan Daulat Budaya Nusantara.
“Di kesempatan ini, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus Lesbumi dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang hadir, saya juga sampaikan matur nuwun kepada Pak Teguh Haryono, Gus Benny Zakaria dan Kyai Paox Iben dari perwakilan Daulat Budaya Nusantara yang sudah bersinergi dalam kegiatan Kenduri Budaya di 99 titik lokasi. Kedepan kita bulatkan lagi agenda ini dalam bentuk Lesbumi TV” jelas Kyai Jadul Maula, Ketua Lesbumi NU, dalam sambutannya.

Rencananya, Rakornas ke-6 Lesbumi selama empat hari sejak tanggal 5-8 Mei 2024 di Pondok Pemuda Ambarbinangun Yogyakarta ini akan membahas isu isu kebudayaan yang berkembang belakangan ini, terutama soal ekologi. Dan isu ini menjadi judul besar dalam Rakornas ke-6 Lesbumi PBNU : Menggugah Daya Sinergis, Mengukuhkan Keseimbangan Ekologis”
“Lesbumi silahkan merumuskan kebijakan kebijakan soal kebudayaan, silahkan berwacana dan berdinamika, namun jangan sampai mengikuti banyaknya paham paham, isme isme environmentalisme yang sekarang ini mendesak masuk meminta legitimasi organisasi keagamaan. Paham yang diyakini oleh Nahdalatul Ulama adalah Ahlusunnah wal Jama’ah. Itu yang menjadi ukuran perumusan kebijakan hasil dari Rakornas. Dan sebelum saya tutup, mari kita mendoakan saudara kita Ki Jumali Darmo Kondo yang tadi siang pulang ke rahmatullah dalam perjalanan menuju ke Rakornas ini, semoga amal beliau diterima Alloh SWT” jelas Gus Yahya Ketua PBNU dalam sambutannya sekaligus membuka Rakornas ke-6 Lesbumi NU.

Dalam pembukaan Rakornas ke-6 Lesbumi NU ini, beberapa seniman juga menampilkan performing art dengan sebuah layar putih yang di lukis dan disorot lampu. Lukisannya menggambarkan sebuah perahu mengarungi samudara dengan bayang bayang kepala raksasa dari balik lampu. Bayangan gerakan para pelukis ini Nampak jelas di layar seperti sebuah gerak teater.

“Alhamdulillah, gerakan Daulat Budaya Nusantara bisa bersama sama mendukung Rakornas Lesbumi. Dan selamat merumuskan kebijakan kebudayaan nusantara” tambah DR. IR. H. Teguh Haryono, selaku pendiri gerakan Daulat Budaya Nusantara.
